Arsad Ddin: Penatangan
Tampilkan postingan dengan label Penatangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penatangan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 April 2019

Sekolahku MIS 367 Penatangan, Nasibmu Kini di Usia 40 Tahun!



Kondisi Sekolah Bagian Belakang, Rawan Ambruk

Polewali Mandar, Sulawesi Barat - (6/4/2019) Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) DDI 367 Penatangan kebanggaan masyarakat Penatangan Desa Patambanua yang berada di pelosok Polewali Mandar kondisinya kini memperihatinkan. Sampai dengan saat ini tidak banyak yang berubah sejak saya mulai sekolah tahun 1995.
Sejak tahun 1979 sampai sekarang Gedung Sekolah MI DDI Penatangan, Polewali Mandar, Sulawesi Barat belum pernah direnovasi.

Menurut informasi yang saya terima dari sepupu yang juga saat ini mulai mengabdikan diri sebagai guru honorer, bahwa sudah beberapa kali MEMOHON bantuan pembangunan gedung sekolah ke Pemprov tapi tidak pernah di gubris. Dan kini bangunanya ambruk akibat tiupan angin dan tidak layak lagi untuk di jadikan sarana belajar mengajar.




Suasana Sekolah Tampak dari Dalam Ruangan


Sejak Tahun 1995 saat pertama kali saya bersekolah dinding papan dan palpon masih belum ada perubahan bahkan jauh sebelum saya lahir mungkin sudah terbuat seperti itu. Papan yang diguanakan sebagai dinding dan plapon semua dibuat menggunakan gergaji besar bukan senso.



Halaman Sekolah

Kamis, 26 Maret 2015

Cuplikan Nilai-nilai Kehidupan dari Masyarakat Penatangan Desa Patambanua

1. Kerja Bakti

Sikap gotong royong, persatuan, dan kerja bakti adalah prinsip hidup masyarakat Penatangan yangkan terus terpelihara. Masyarakat yang mulia, santun, dan penuh keramah-tamahan. Semoga tetap terjaga dan tidak di adu-domba oleh yang lain.


Komunitas sederhana adalah komunitas yang dekat dengan Tuhan. Komunitas yang jauh dari kebohongan, kemunafikan, dan penipuan. Jauh dari praktik-praktik pemerasan massal seperti yang sedang diperlombakan dan diperebutkan oleh penjarah-penjarah rakyat. Yah... wal-hasil mereka pun berhasil meraih mimpinya. Dengan berdalih atas nama memperjuangkan keadilan dan kesejateraan mereka mengobral janji. Yah namanya orang yang memang butuh bantuan, perjuangan, dan perhatian dengan senang hati - dengan hati kami para rakyat menyambut baik janji itu. Tetapi ternyata semua itu hanya gombalan semata yang kini jadi nyata dari hati hati parah penjarah.

TERANIYA....? Kalau dikatakan teraniya ya mungkin terlalu sadis kedengarannya, karena dalam hati-lubuk kecil kami masih tetap menyimpan sebuah harapan jikalau bakal akan ada yang benar-benar memperjuangkan seperti yang sering dijanjikan kepada rakyat. Itu sih harapan tetapi semoga saja itu bukan angan-angan hampa saja. Selain ada harapan meskipun sedikit, sebagai komunitas yang hidup sangat biasa-biasa hati kami selalu dekat sama Tuhan, tidak sombong dimuka bumi, dan tidak hanyut dalam kemaksiatan.

2. Semangat Hidup

Negeri yang indah ini terus memberi kami semangat untuk mengelolanya dengan baik dan menggarapnya dengan cara kami sendiri. Ya dengan cara kami sendiri. Meski hasilnya tentu jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan cara menggarapnya disentuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi hasilnya sangat terasa nikmat diperut kami. Dan juga mampu membesarkan anak-anak tercinta penuh dengan sopan santun dan kesederhanaan lewat petuah-petuah alam rimba yang agung.

Pulang dari kebun warga tidak lupa membawa kayu bakar maupun sayur-sayuran yang didapatkan dari kebun
Tosumolong/atau setelah panen padi di ladang

3. Jalan Desa Patambanua (Penatangan) ke Desa Karombang

Naik gunung, turun gunung, menyusuri sungai, anak sungai dibawah rimbunan pohon-pohon rimba adalah suasana jalan yang harus ditempuh. Meski capek dan cukup melelahkan tetapi suasana alam yang begitu cantik membuat tetesan-tetesan keringat pun ikut menikmatinya. Batu licin dan berlumut, burung-burung yang beterbangan dan hinggap di ranting-ranting sambil berkicau manis, aliran-aliran air yang memercik sungguh menggoda dan merayu begitu lembut setiap kita yang melewatinya.



4. Tunas-tunas Desa

Jika bangsa punya tunas tentu desa juga punya tunas. Lihatlah tunas-tunas Penatangan sangat antusias dalam berolahraga. Terdidik ditengah kesederhanaan, asing dengan tawuran dan perkelahian, dan juga tentu peradaban yang tinggi juga masih asing bagi mereka hanya mengenal dari percikan-percikan kecil sebuah peradaban. Suasana alamlah yang membentuk mereka untuk tahu apa dan bagaimana yang terbaik berlaku terhadap alam.


Murid Madrasah Ibtidaiyah DDI Penatangan sedang bermain Voli



 Adu pinalti saat pertandingan sepak bola mini
Sumberhttps://www.facebook.com/photo.php?fbid=1685399728352376&set=gm.732807970124270&type=1&theater


Beberapa Siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) sedang berfoto sebelum berangkat sekolah di depan jemuran padi yang baru saja panen di ladan

Pangngasi'ang (Tanam Padi) di Lereng Gunung, Tradisi Masyarakat di Kampungku

PANGNGASIA'ANG. Pangngasia'ang adalah aktivitas masyarakat Penatangan, Desa Patambanua, Kec. Bulo, Kab. Polewali Mandar - Sulawesi Barat untuk menanam gabah di ladang dengan menggunakan kayu sebagai alat untuk membuat lobang kecil di tanah lalu kemudian gabah dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Aktivitas ini dilakukan sekali dalam setahun dan dilaksanakan secara rutin. Pangngasia'ang merupakan rangkaian dari mangnguma. Rangkaian yang dimaksud yaitu, dimulai dari mangngitai posemba'ang (survei lokasi sebagai ladang), posemba'ang (menebang pohon), popekajuang (menebang sisa-sisa kayu yang belum ditebang), petunuang (membakar kayu yang telah kering), pokahoang (membersihkan ladang dari sisa-sisa akar kayu), pangngasi'ang (menanam padi di ladang), peduku'ang (membersihkan rumput ladang yang sudah ditanami gabah), pepareang (memetik padi/panen padi), pappangngau'ang pare (memindahkan tumpukan padi yang telah disatukan di suatu tempat yang masih berada di ladang untuk dipindahkan ke lumbung padi), dan pelokoang (membuat lumbung padi dan menyimpan padi di lumbung tersebut). Rangkaian inilah yang dimaksud dengan pangnguma'ang/mangnguma.

Dalam tulisan ini saya membahas sedikit tentang pangngasia'ang. Pada umumnya pangngasia'ang terdiri dua jenis pekerjaan, yaitu ada yang mangngasi' dan ada yang mambubu'. Pekerjaan mangngasi' pada umumnya dilakukan oleh golongan laki-laki dan mambubu' pada umumnya dilakukan oleh perempuan. Hal yang paling menarik dalam pangngasia'ang adalah siula'.

Siula' dilakukan secara berpasangan, ada yang mangngasi' dan ada yang mambubu'. Siula' dilakukan dengan gerakan yang cepat. Saat pangngasi' (orang yang membuat lubang dengan kayu)  telah membuat satu lubang maka pambubu' (orang yang mengisikan gabah ke dalam lubang) harus mengisikan gabah padi dalam lubang tersebut. Jika salah satunya tidak mampu menyeimbangi antara pasangannya maka dikatakan kalah, baik itu pangngasi' yang tidak mampu membuat lubang secara cepat atau pun pangbubu' tidak mampu mengejar lawaannya sehingga lubang banyak yang belum disii dengan gabah.


Pangngasi'ang. Foto diunggah dari akun facebook https://www.facebook.com/sahril.sahebuddin.

Yang paling menarik lagi dari kegiatan pangngasia'ang ini pada sub kegiatan siula' adalah siula' dilakukan oleh pasangan sendiri baik itu dilakukan dengan cebe'na (pacarnya) maupun tumaena (tunangannya). Bagi mereka yang melakukan ini pasti menjadi pusat perhatian dan bahan "ledekan" dalam pangngasia'ang.

Waktu pelaksanaan pangngasi'ang tidak boleh sembarang waktu. Dalam kepercayaan masyarakat setempat terdapat hari-hari yang bagus dalam melaksanakan pangngasi'ang. Demikan juga pangngasi'ang tidak bolaeh dilakukan sebelum syo'bo' (dukun panguma'ang) telah melakukan pangngasi'ang. Setelah syo'bo' telah membukan pangngasi'ang di kebunnya sendiri barulah kemudian masyarakat lainnya mengikuti dan melaksanakan pangngasi'ang pada hari-hari berikutnya.

Pangngasi'ang ini dilakukan secara gotong royong dan menjadi kegiatan untuk saling peduli dan memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan.


***Kegiatan menanam padi di ladang ini banyak juga dilakukan di berbagai daerah lainnya.


Ad Placement

Sastra

Puisi

Cerpen