Pola yang Tak Pernah Usai: Kenangan Cinta Masa SMK - Arsad Ddin

Selasa, 20 Februari 2024

Pola yang Tak Pernah Usai: Kenangan Cinta Masa SMK

Aroma mesin jahit tua dan benang terbakar menusuki indra Rini, membawanya kembali ke masa putih abu-abu. Bangku belakang kelas Tata Busana SMK Harapan Jaya. Di sanalah, di bawah bayang mesin jahit tua, ia pernah menyembunyikan perasaan pada sosok bernama Gilang.


Gilang, sang ketua kelas dengan senyum jahil dan tangan cekatannya menggerakkan jarum mesin. Ia selalu sigap membantu Rini yang masih kaku. Sentuhan hangat jemarinya kala membimbing jemari Rini sering memicu getaran aneh di hati gadis itu.


Mereka kerap berdiskusi soal tugas jahit, berdebat tentang tren fesyen terkini, hingga berbagi cerita hidup di bawah gemuruh mesin. Gelak tawa mereka kadang mengundang tatapan tak suka guru, tapi tak jadi soal. Bagi Rini, saat-saat itulah dunia terasa sempurna.


Suatu sore, Gilang mengajak Rini berlatih membuat pola gaun malam. Dengan gugup, Rini mengangguk. Detik-detik bersama Gilang di ruangan sepi saat senja terasa magis. Jari mereka tak sengaja bersentuhan saat mengukur kain, menimbulkan aliran listrik tak kasat mata.


"Rin, kenapa mukanya merah?" tanya Gilang, suaranya serendah bisikan.


Rini tersadar, wajahnya pasti memanas. "Hah? Enggak kok, panas aja ruangannya."


Gilang tertawa pelan, senyumnya membuat jantung Rini berdebar. "Kamu tahu, Rin? Gaun ini bakal cantik banget kalau dipakai sama kamu."


Kata-kata Gilang terngiang lama di telinga Rini. Perasaan di hatinya semakin bertumbuh, namun ia tak berani mengungkapkannya. Ia takut kehilangan momen indah ini, takut pertemanan mereka berubah.


Hingga akhirnya, kelulusan tiba. Di bawah langit senja, mereka berpelukan, mengucapkan selamat tinggal dengan perasaan tertahan. Gilang berbisik, "Jangan lupain aku, ya, Rin."


Rini mengangguk, air mata hampir tumpah. Perpisahan itu menandai akhir kisah cinta tak tersampaikan.


Kini, puluhan tahun berlalu. Rini sukses menjadi desainer ternama. Takdir mempertemukannya kembali dengan Gilang, dalam sebuah pameran busana. Mereka berbincang hangat, mengenang masa lalu dengan senyum haru.


"Kamu masih simpan gaun itu, Rin?" tanya Gilang, matanya menerawang.


Rini mengangguk pelan. Gaun yang pernah mereka buat bersama, gaun yang tak pernah ia kenakan, gaun yang menyimpan rahasia cintanya.


"Aku juga masih simpan pola bajunya," ujar Gilang, "pola yang aku buat khusus untukmu, sebagai pengingat bahwa perasaanku nggak pernah berubah."


Senyum Rini mengembang. Walaupun kisah mereka tak berujung pelaminan, cinta masa SMK itu tetap hidup, hangat dan abadi dalam detak nadi mereka. Mungkin cinta tak selalu harus memiliki, cukup dengan saling menghargai dan mengenang indahnya masa lalu.


Di antara lilitan benang dan gaun-gaun indah, bersemi kisah tak lekang waktu. Detak jari di masa lalu berpadu dengan detak jantung di masa kini, menjadi melodi cinta yang tak pernah selesai dilantunkan.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda