Pernakah
Anda melihat sebuah bola? Ya, pernah. Bagaimana bentuk bola itu? Bentuk bola
itu bundar, jawabku.
Golf, pernah lihat? Pernah. Bola
kasti? Pernah juga. Lalu bola apa lagi yang pernah Anda lihat? Banyak, masih
banyak bola yang pernah aku lihat. Contoh yang lain? Contohnya bola kaki.
Oke,
baik. Dari ketiga bola itu –golf,
bola kasti, bola kaki— bola mana yang lebih besar? Yang lebih besar tentu bola
kaki.
Ya,
betul. Yang lebih besar diantara ketiga bola tersebut adalah bola kaki. Nah,
coba bayangkan Anda berdiri di dekat bola kaki dan bola itu Anda ambil dan
meletakkannya di atas kedua belah tangan Anda sejajar dengan perut. Ketika Anda
akan melepaskan kedua belah tangan Anda pasti bola itu akan jatuh.
Tahu
tidak? Planet apa yang Anda tempati sekarang?
Planet
yang aku tempati sekarang adalah bumi.
Betul,
planet yang Anda tempati sekarang adalah bumi. Bentuk bumi itu bundar sama
seperti bola. Tapi, bumi itu tidak ada yang memegang. Bumi itu ada dan berputar
sesuai dengan porosnya. Berbeda dengan bola ketika dipegang lalu dilepaskan
pasti bola itu terjatuh.
Pernahkah
aku berpikir bahwa bumi ada tanpa tiang dan penyanggah, dan mengapa bisa bumi
tidak terjatuh? Kenapa demikian, singkatnya sebab bumi berada dalam suatu
kekuasaan dan kendali Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.
Kembali
kepada bola kaki tadi. Aku bayangkan bola itu masih tetap berada dalam
peganganku, kemudian aku perhatikannya. Setelah aku pandangi dan
memperhatikannya, ternyata bola itu kecil dan bisa aku kendalikan. Bahkan jika
aku ingin merusak bola itu, gampang saja aku merusaknya. Aku ambil jarum dan
pisau misalnya, lalu aku kempiskan, kemudian aku potong-potong, tentu seketika
bola itu rusak dan hancur tidak ada artinya lagi.
Jika
aku membayangkan bahwa bola itu masih dalam penguasaan pandanganku, lalu bola
itu berubah menjadi bumi, bumi yang aku tempati saat ini, bumi yang menyimpan
keindahan, kemewahan, kezaliman, dan semua seisinya berada di dalamnya. Terus
aku harus kemana untuk menghindari keadaan itu? Apakah aku harus berlari
mendaki puncak gunung atau masuk ke dalam gua sedangkan semua itu adalah isi
bumi? Dan apakah kemewahan, keindahan, pangkat, jabatan, perselingkuhan, dan
seterusnya ... semua itu masih penting?
Hhhhh...
Untung belum terjadi. Tapi suatu saat pasti akan terjadi dan lebih dahsyat
kejadiaanya dari pada apa yang aku pikirkan. Ah.... betul kah itu? Ya, betul.
Apakah
awal mulanya bumi ini sudah seperti ini kondisinya, penuh dengan perkelahian,
perebutan kekuasaan, kezaliman, penuh asap, limbah, sampah, dan lainnya...?
Oh,
begini. Manusia diciptakan kemudian dibekali dengan ilmu pengetahuan.
Perlu aku tahu bahwa manusia itu, awal mulanya hanya satu, yaitu Adam. Adam
diciptakan dari tanah dan merupakan mahkluk yang paling sempurnha tidak seperti
binatang apalagi kera. Tetapi anak cucu Adam termasuk aku bisa saja lebih jelek
dari binatang seekor kera bahkan lebih jelek dari seekor binatang melata sekali
pun kalau aku tidak berjalan di atas rel kebenaran.
Kemudian
bagaimana sehingga manusia bisa berkembang sampai saat ini? Dari tulang rusuk
kanan Adam, Allah menciptakan seorang perempuan, yaitu Hawa. Setelah sekian
lama mereka di dalam surganya Allah, mereka di turunkan ke bumi dan beranak
cucu. Semenjak itulah bumi didiami oleh manusia dan beraktivitas dengan
lingkungannya. Lama semakin lama hingga sekarang manusia berkembang dan terus
beraktivitas sehingga keaslian bumi telah hilang. Dimana-mana terjadi
pencemaran. Dan akhirnya bumi akan mencapai puncaknya, yaitu hancur alias
kiamat...!
---
Kiamat...!
Hari kiamat...! Apa aku mimpi ya?
Rayyan
terbangun dari tidurnya. Mukanya pucat. Ia bernafas dengan tergesah-gesah
kehausan kayak dikejar binatang buas.
Ia,
aku mimpi. Apa ini teguran atau peringatan ya? Soalnya kemarin sore aku main
bola. Saking asyiknya, aku bermain bola sampai menjelang magrib. Sholat ashar
terlewatkan. Menjelang isya baru aku tiba di rumah. Karena sangat capek,
setelah mandi aku langsung berbaring. Eh, lagi-lagi isya dan subuh terlewatkan.
Oh
iya, aku ingat. Guru agama aku kan pernah bilang, kalau saat kita bangun pagi dan waktu
subuh sudah terlewat kita masih bisa melaksanakan sholat subuh, meskipun jam
sepuluh sekali pun baru kita bangun. Tapi dengan catatan, benar-benar kita
tidak sengaja untuk bangun dengan terlambat.
Usai
melaksanakan sholat subuh, Rayyan terpikir dengan mimpinya. Ia langsung
mengambil bolanya lalu ia bayangkan bolanya seperti bumi, tempat dimana ia hidup. Dan
suatu saat nanti buminya itu akan hancur.
---
Makassar,
2010/02/02
22:10 WITA
Arsad Ddin
Lahir di
Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Saat ini bekerja di salah satu Perguruan
Tinggi Swasta (PTS), Bekasi, Jawa Barat.