Cerpen - Bumi - Arsad Ddin

Sabtu, 28 Maret 2020

Cerpen - Bumi

Pernakah Anda melihat sebuah bola? Ya, pernah. Bagaimana bentuk bola itu? Bentuk bola itu bundar, jawabku.
Golf, pernah lihat? Pernah. Bola kasti? Pernah juga. Lalu bola apa lagi yang pernah Anda lihat? Banyak, masih banyak bola yang pernah aku lihat. Contoh yang lain? Contohnya bola kaki.
Oke, baik. Dari ketiga bola itu –golf, bola kasti, bola kaki— bola mana yang lebih besar? Yang lebih besar tentu bola kaki.
Ya, betul. Yang lebih besar diantara ketiga bola tersebut adalah bola kaki. Nah, coba bayangkan Anda berdiri di dekat bola kaki dan bola itu Anda ambil dan meletakkannya di atas kedua belah tangan Anda sejajar dengan perut. Ketika Anda akan melepaskan kedua belah tangan Anda pasti bola itu akan jatuh.
Tahu tidak? Planet apa yang Anda tempati sekarang?
Planet yang aku tempati sekarang adalah bumi.
Betul, planet yang Anda tempati sekarang adalah bumi. Bentuk bumi itu bundar sama seperti bola. Tapi, bumi itu tidak ada yang memegang. Bumi itu ada dan berputar sesuai dengan porosnya. Berbeda dengan bola ketika dipegang lalu dilepaskan pasti bola itu terjatuh.
Pernahkah aku berpikir bahwa bumi ada tanpa tiang dan penyanggah, dan mengapa bisa bumi tidak terjatuh? Kenapa demikian, singkatnya sebab bumi berada dalam suatu kekuasaan dan kendali Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.
Kembali kepada bola kaki tadi. Aku bayangkan bola itu masih tetap berada dalam peganganku, kemudian aku perhatikannya. Setelah aku pandangi dan memperhatikannya, ternyata bola itu kecil dan bisa aku kendalikan. Bahkan jika aku ingin merusak bola itu, gampang saja aku merusaknya. Aku ambil jarum dan pisau misalnya, lalu aku kempiskan, kemudian aku potong-potong, tentu seketika bola itu rusak dan hancur tidak ada artinya lagi.
Jika aku membayangkan bahwa bola itu masih dalam penguasaan pandanganku, lalu bola itu berubah menjadi bumi, bumi yang aku tempati saat ini, bumi yang menyimpan keindahan, kemewahan, kezaliman, dan semua seisinya berada di dalamnya. Terus aku harus kemana untuk menghindari keadaan itu? Apakah aku harus berlari mendaki puncak gunung atau masuk ke dalam gua sedangkan semua itu adalah isi bumi? Dan apakah kemewahan, keindahan, pangkat, jabatan, perselingkuhan, dan seterusnya ... semua itu masih penting?
Hhhhh... Untung belum terjadi. Tapi suatu saat pasti akan terjadi dan lebih dahsyat kejadiaanya dari pada apa yang aku pikirkan. Ah.... betul kah itu? Ya, betul.
Apakah awal mulanya bumi ini sudah seperti ini kondisinya, penuh dengan perkelahian, perebutan kekuasaan, kezaliman, penuh asap, limbah, sampah, dan lainnya...?
Oh, begini. Manusia diciptakan kemudian dibekali dengan ilmu pengetahuan. Perlu aku tahu bahwa manusia itu, awal mulanya hanya satu, yaitu Adam. Adam diciptakan dari tanah dan merupakan mahkluk yang paling sempurnha tidak seperti binatang apalagi kera. Tetapi anak cucu Adam termasuk aku bisa saja lebih jelek dari binatang seekor kera bahkan lebih jelek dari seekor binatang melata sekali pun kalau aku tidak berjalan di atas rel kebenaran.
Kemudian bagaimana sehingga manusia bisa berkembang sampai saat ini? Dari tulang rusuk kanan Adam, Allah menciptakan seorang perempuan, yaitu Hawa. Setelah sekian lama mereka di dalam surganya Allah, mereka di turunkan ke bumi dan beranak cucu. Semenjak itulah bumi didiami oleh manusia dan beraktivitas dengan lingkungannya. Lama semakin lama hingga sekarang manusia berkembang dan terus beraktivitas sehingga keaslian bumi telah hilang. Dimana-mana terjadi pencemaran. Dan akhirnya bumi akan mencapai puncaknya, yaitu hancur alias kiamat...!
---
Kiamat...! Hari kiamat...! Apa aku mimpi ya?
Rayyan terbangun dari tidurnya. Mukanya pucat. Ia bernafas dengan tergesah-gesah kehausan kayak dikejar binatang buas.
Ia, aku mimpi. Apa ini teguran atau peringatan ya? Soalnya kemarin sore aku main bola. Saking asyiknya, aku bermain bola sampai menjelang magrib. Sholat ashar terlewatkan. Menjelang isya baru aku tiba di rumah. Karena sangat capek, setelah mandi aku langsung berbaring. Eh, lagi-lagi isya dan subuh terlewatkan.
Oh iya, aku ingat. Guru agama aku kan pernah bilang, kalau saat kita bangun pagi dan waktu subuh sudah terlewat kita masih bisa melaksanakan sholat subuh, meskipun jam sepuluh sekali pun baru kita bangun. Tapi dengan catatan, benar-benar kita tidak sengaja untuk bangun dengan terlambat.
Usai melaksanakan sholat subuh, Rayyan terpikir dengan mimpinya. Ia langsung mengambil bolanya lalu ia bayangkan bolanya seperti bumi, tempat dimana ia hidup. Dan suatu saat nanti buminya itu akan hancur.
---
Makassar, 2010/02/02
22:10 WITA

Arsad Ddin

Lahir di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Saat ini bekerja di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Bekasi, Jawa Barat.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda