Arsad Ddin: Kisah Pencerah
Tampilkan postingan dengan label Kisah Pencerah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Pencerah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 April 2019

Motivasi - Kala Harapan Di Ujung Tanduk

Mungkin
Anda juga termasuk salah seorang yang pernah berada pada posisi ini “kala harapanku di ujung tanduk”. Tatkala asa tak lagi sesuai dengan kenyataan dan dirimu belum siap untuk menerima kenyataan, sedangkan disatu sisi dirimu memilih bertahan untuk sebuah keyakinan bahwa asamu selalu ada untukmu dan tak akan pernah pergi dengan mudah begitu saja. Beribu doa yang kamu panjatkan disemua waktu suci seolah berlalu begitu saja di hadapan-Nya. Dan akhirnya apa yang kamu khawatiran benar-benar singgah bahkan datang untuk melenyapkan asa yang beribu waktu kamu telah korbankan hanya untuknya dan sekejap pun berlalu sebelum ia (asa) memuaskan batin dan nafsumu.
Disaat demikian pikiran yang mulanya tenang kini mulai mengatur rencana agar tetap bertahan dengan asa agar terbebas dan lolos dari maut ujung tanduk itu. Selain doa dan ketekunan ibadah saat suasana sepertu itu, usaha lain yang mungkin melibatkan bantuan orang lain pun akan kita lakukan.
Sebuah kisah. Seorang mahasiswa baru yang baru beberapa hari diterima di sebuah Univeristas. Dia adalah salah seorang dari 150 orang yang diterima dengan bebas tes di Universitas tersebut dari ribuan pendaftar. Pada saat itu semua mahasiswa baru mempunyai kewajiban untuk mebayar uang pembangunan gedung sebesar Rp. 500.000 termasuk dari 150 orang yang bebas tes tersebut.
Pemuda ini tidak memiliki uang sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk pembangunan gedung kampus. Ia hanya memilik kurang lebih Rp. 200.000 dari sisa yang ia telah pergunakan sejak memulai registrasi sampai ia diterima menjadi mahasiswa. Sisa uang tersebut itu pun ia persiapkan sebagai biaya hidupnya untuk beberapa minggu ke depan.
Sebagai perantau yang datang ke tanah orang untuk menimbah ilmu tentu sangat sulit baginya. Apalagi kedua orang tuanya hanyalah seorang petani biasa yang tidak meiliki penghasilan tetap. Dan biaya hidupnya masih ia gantungkan kepada kedua orang tuanya.
Adanya desakan dari panitia penerimaan mahasiswa baru agar segera melunasi uang gedung membuat ia semakin kebingungan harus mendapatkan uang dari mana. Dalam situasi tersebut, ia teringat dengan salah seorang gurunya sewaktu masih di SMA yang ia kenal dengan baik dan sangat baik padanya.
Selepas sholat isya ia beranikan diri menelepon gurunya tersebut. Berlalu beberapa menit basa-basi ia memulai mengutarakan maksud dan tujuan sebenarnya. Setelah gurunya paham akan permasalahan yang dihadapi siswanya saat di SMA, dengan senang hati bersedia membantu untuk meminjamkan uang sejumlah yang dibutuhkan siswanya ini. Namun pemuda ini belum memiliki rekening sehingga ia harus mencari teman yang bisa membantunya hanya untuk numpan transferan uang dari gurunya.
Keesokan harinya, salah satu koran nasional memuat pengumuman bahwa di Universitas yang dimasuki pemuda membebaskan semua biaya gedung kepada mahasiswa baru yang dinyatakan bebas tes. Pengumuman tersebut membuat para mahasiswa baru yang bebas tes legah dan senang karena ternyata bukan hanya si pemuda ini yang tidak bisa membayar uang gedung tersebut tetapi terdapat beberapa orang yang memiliki nasib sama sepertinya.
Maksud pemuda ini untuk meminjam uang kepada gurunya ia batalkan. Tak lupa ia sampaikan ucapan terima kasihnya kepada gurunya atas kesediaannya untuk membantu meskipun tidak jadi.
***
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah, 2:155)
***
 Begitulah akhir dari sebuah ujian materil sekaligus ujian psikologis bagi pemuda ini. Disaat ia tidak mampu berbuat banyak untuk melunasi pembayaran gedung di kampusnya sebagai suatu keharusan bagi setiap mahasiswa baru selain ia hanya bisa berserah diri pada Allah SWT. ia juga berharap Allah SWT. melepaskan belenggu kesusahannya. Serta ia juga tetap berusaha sebisa mungkin yang ia bisa lakukan. Dan benar Allah SWT. memberikan jalan mudah bahkan sangat mudah dengan jalan terbebas dari pembayaran tersebut. Satu sen pun Allah bebaskan baginya. Subhanallah, Syukur Alhamdulillah, tiada kata yang patut kita ucapkan selain kata syukur kepada-Nya yang tidak pernah lengah terhadap hambanya.
Rp. 500.000 adalah jumlah yang tidak ada nilainya bagi kebanyakan orang. Tetapi tidak semua orang bisa merasakan hal tersebut. Jangankan Rp. 500.000, uang Rp. 10.000 masih banyak orang sangat susah untuk mendapatkannya. Perlu perjuangan dan kerja keras. Termasuk pemuda ini dan keluarganya. Niat dan keyakinan yang membuat sang pemuda untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi bahwa semua orang memiliki haknya masing-masing untuk mendapatkan ilmu dalam meraih impian dan kesuksesan. Bukan karena kemiskinan yang ia derita sehingga ia juga harus miskin ilmu dan miskin impian.
Sang pemuda ini juga menyadari bahwa ia hanya berusaha sebagaimana anjuran Rasululullah SAW. bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, toh jika suatu saat nanti Allah ternyata berkehendak lain terhadapnya maka siapa yang dapat menolak kehendak Allah selain menjalaninya dengan ikhlas. Allah SWT. selalu punya rencana buat hambanya dan bagi hamba yang bersyukur baginya kesudahannya adalah kebahagiaan dan kelimpahan nikmatNya.
Kisah ini mungkin hanyalah sebuah kisah biasa. Namun kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran bahwa orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat oleh Allah SWT. serta yang bersabar dalam kesempitan seraya senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT. akan dilapangkan kesulitan setelahnya.
***
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS Alam-Nasyrah, 94: 5-6)
***

Ad Placement

Sastra

Puisi

Cerpen