Motivasi - Kala Harapan Di Ujung Tanduk
Mungkin
Anda juga termasuk
salah seorang yang pernah berada pada posisi ini “kala harapanku di ujung
tanduk”. Tatkala asa tak lagi sesuai dengan kenyataan dan dirimu belum siap
untuk menerima kenyataan, sedangkan disatu sisi dirimu memilih bertahan untuk
sebuah keyakinan bahwa asamu selalu ada untukmu dan tak akan pernah pergi
dengan mudah begitu saja. Beribu doa yang kamu panjatkan disemua waktu suci
seolah berlalu begitu saja di hadapan-Nya. Dan akhirnya apa yang kamu khawatiran
benar-benar singgah bahkan datang untuk melenyapkan asa yang beribu waktu kamu
telah korbankan hanya untuknya dan sekejap pun berlalu sebelum ia (asa)
memuaskan batin dan nafsumu.
Disaat
demikian pikiran yang mulanya tenang kini mulai mengatur rencana agar tetap
bertahan dengan asa agar terbebas dan lolos dari maut ujung tanduk itu. Selain
doa dan ketekunan ibadah saat suasana sepertu itu, usaha lain yang mungkin
melibatkan bantuan orang lain pun akan kita lakukan.
Sebuah
kisah. Seorang mahasiswa baru yang baru beberapa hari diterima di sebuah
Univeristas. Dia adalah salah seorang dari 150 orang yang diterima dengan bebas
tes di Universitas tersebut dari ribuan pendaftar. Pada saat itu semua
mahasiswa baru mempunyai kewajiban untuk mebayar uang pembangunan gedung sebesar Rp. 500.000
termasuk dari 150 orang yang bebas tes tersebut.
Pemuda
ini tidak memiliki uang sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk pembangunan
gedung kampus. Ia hanya memilik kurang lebih Rp. 200.000 dari sisa yang ia telah
pergunakan sejak memulai registrasi sampai ia diterima menjadi mahasiswa. Sisa
uang tersebut itu pun ia persiapkan sebagai biaya hidupnya untuk beberapa
minggu ke depan.
Sebagai
perantau yang datang ke tanah orang untuk menimbah ilmu tentu sangat sulit
baginya. Apalagi kedua orang tuanya hanyalah seorang petani biasa yang tidak
meiliki penghasilan tetap. Dan biaya hidupnya masih ia gantungkan kepada kedua
orang tuanya.
Adanya
desakan dari panitia penerimaan mahasiswa baru agar segera melunasi uang gedung
membuat ia semakin kebingungan harus mendapatkan uang dari mana. Dalam situasi
tersebut, ia teringat dengan salah seorang gurunya sewaktu masih di SMA yang ia
kenal dengan baik dan sangat baik padanya.
Selepas
sholat isya ia beranikan diri menelepon gurunya tersebut. Berlalu beberapa menit
basa-basi ia memulai mengutarakan maksud dan tujuan sebenarnya. Setelah gurunya
paham akan permasalahan yang dihadapi siswanya saat di SMA, dengan senang hati
bersedia membantu untuk meminjamkan uang sejumlah yang dibutuhkan siswanya ini. Namun pemuda ini
belum memiliki rekening sehingga ia harus mencari teman yang bisa membantunya
hanya untuk numpan transferan uang dari gurunya.
Keesokan
harinya, salah satu koran nasional memuat pengumuman bahwa di Universitas yang
dimasuki pemuda membebaskan semua biaya gedung kepada mahasiswa baru yang dinyatakan
bebas tes. Pengumuman tersebut membuat para mahasiswa baru yang bebas tes legah
dan senang karena ternyata bukan hanya si pemuda ini yang tidak bisa membayar
uang gedung tersebut tetapi terdapat beberapa orang yang memiliki nasib sama
sepertinya.
Maksud
pemuda ini untuk meminjam uang kepada gurunya ia batalkan. Tak lupa ia
sampaikan ucapan terima kasihnya kepada gurunya atas kesediaannya untuk
membantu meskipun tidak jadi.
***
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS
Al Baqarah, 2:155)
***
Begitulah
akhir dari sebuah ujian materil sekaligus ujian psikologis bagi pemuda ini.
Disaat ia tidak mampu berbuat banyak untuk melunasi pembayaran gedung di
kampusnya sebagai suatu keharusan bagi setiap mahasiswa baru selain ia hanya
bisa berserah diri pada Allah SWT. ia juga berharap Allah SWT.
melepaskan belenggu kesusahannya. Serta ia juga tetap berusaha sebisa
mungkin yang ia bisa lakukan. Dan benar Allah SWT. memberikan jalan mudah
bahkan sangat mudah dengan jalan terbebas dari pembayaran tersebut. Satu sen
pun Allah bebaskan baginya. Subhanallah, Syukur Alhamdulillah, tiada kata yang
patut kita ucapkan selain kata syukur kepada-Nya yang tidak pernah lengah terhadap
hambanya.
Rp.
500.000 adalah jumlah yang tidak ada nilainya bagi kebanyakan orang. Tetapi
tidak semua orang bisa merasakan hal tersebut. Jangankan Rp. 500.000, uang Rp.
10.000 masih banyak orang sangat susah untuk mendapatkannya. Perlu perjuangan
dan kerja keras. Termasuk pemuda ini dan keluarganya. Niat dan keyakinan yang
membuat sang pemuda untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi
bahwa semua orang memiliki haknya masing-masing untuk mendapatkan ilmu dalam
meraih impian dan kesuksesan. Bukan karena kemiskinan yang ia derita sehingga
ia juga harus miskin ilmu dan miskin impian.
Sang
pemuda ini juga menyadari bahwa ia hanya berusaha sebagaimana anjuran
Rasululullah SAW. bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan, toh jika suatu saat nanti Allah ternyata
berkehendak lain terhadapnya maka siapa yang dapat menolak kehendak Allah
selain menjalaninya dengan ikhlas. Allah SWT. selalu punya rencana buat
hambanya dan bagi hamba yang bersyukur baginya kesudahannya adalah kebahagiaan
dan kelimpahan nikmatNya.
Kisah
ini mungkin hanyalah sebuah kisah biasa. Namun kita bisa mengambil hikmah dan
pelajaran bahwa orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat
oleh Allah SWT. serta yang bersabar dalam kesempitan seraya senantiasa berbaik
sangka kepada Allah SWT. akan dilapangkan kesulitan setelahnya.
***
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS Alam-Nasyrah, 94: 5-6)
***